Sejarah

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) adalah satu-satunya organisasi profesi kefarmasian yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 41846/KMB/121 tanggal 16 September 1965. Nama ISFI ditetapkan dalam Kongres VII Ikatan Apoteker Indonesia di Jakarta pada tanggal 26 Februari 1965 dan merupakan kelanjutan dari Ikatan Apoteker Indonesia yang didirikan pada tanggal 18 Juni 1955, dengan masa berlaku yang tidak ditentukan.

Pada tahun 1955, sekelompok apoteker di Jakarta merasa perlu untuk memiliki sebuah organisasi yang dapat memperhatikan dan memperjuangkan kepentingan farmasi secara luas dan khususnya kepentingan para apoteker.

Pada tanggal 20 April 1955, sebuah Panitia Persiapan dibentuk untuk mempersiapkan dan melaksanakan proses pembentukan perhimpunan apoteker nasional. Anggota panitia ini terdiri dari Drs. E. Looho, Drs. Liem Tjae Ho (Wim Kalona), Drs. Kwee Hwat Djien, dan Drs. Ie Keng Heng. Tugas mereka adalah menyusun Rancangan Anggaran Dasar, menentukan nama dan lambang organisasi, menyusun Rancangan Anggaran Rumah Tangga, serta merumuskan program yang diharapkan dapat dilaksanakan pada Muktamar I.

MUKTAMAR I

acara yang diadakan untuk membahas masalah-masalah penting yang berkaitan dengan organisasi.

Pada tanggal 17-18 Juni 1955, para apoteker Indonesia berhasil mengadakan Muktamar I di Gedung Metropole (Gedung Megaria). Dalam kongres tersebut, beberapa hal penting telah dibahas dan ditentukan, antara lain: pengesahan nama organisasi “Ikatan Apoteker Indonesia” (IKA), pengesahan lambang IKA, dan pengesahan Anggaran Dasar IKA. Selain itu, diputuskan untuk mengambil langkah-langkah mendesak seperti menyusun daftar kebutuhan obat nasional, mengatur distribusi obat secara efisien, dan mempersiapkan industri farmasi. Di samping itu, juga dilakukan pemilihan anggota untuk memperkuat kepengurusan IKA.

Kepengurusan pertama terdiri dari:

Ketua: Bapak Drs. E. Looho.

Nama Sekretaris adalah Drs. Moh. Kamal.

Nama bendahara adalah Drs. Tio Tiang Hoey.

Anggota yang terdiri dari Drs. Yap Tjwan Bing, Drs. Liem Tjae Ho, Drs. Kho Han Yao, dan Drs. Zakaria Raib memiliki peran penting dalam tim ini. Dengan keahlian dan pengalaman mereka yang beragam, kami siap untuk mengatasi berbagai tantangan dan mencapai kesuksesan bersama-sama.

Kantor pusat kami terletak di Jl. Teuku Umar 66, Jakarta.

MUKTAMAR II.

Pada tahun 1956, lokasi yang dipilih untuk Muktamar ke-II IKA adalah Gedung PB IDI di Jl. Sam Ratulangi, Jakarta. Salah satu hasil penting dari Muktamar tersebut adalah pengesahan Anggaran Rumah Tangga, yang sebelumnya tidak sempat disahkan pada Muktamar pertama. Selain itu, juga dilakukan pemilihan Pengurus Baru yang terdiri dari Drs. E. Looho sebagai Ketua, Drs. M. Kamal sebagai Penulis, Drs. Tio Tiang Hoey sebagai Bendahara I, Drs. Liem Oei Yam Djien sebagai Bendahara II, serta Drs. Zakaria Raib dan Drs. Liem Tjae Ho sebagai anggota lainnya. Sekretariat masih tetap berada di Jl.Teuu Umar 66 di rumah milik Drs.M.Kamal.

MUKTAMAR III.

Pada tanggal 31 Agustus hingga 2 September 1957, gedung Perhimpunan Ilmu Pengetahuan Alam di Jalan Surapati No. 1, Bandung menjadi tempat dilangsungkannya Muktamar ke III IKA. Dalam acara tersebut, laporan tahunan untuk periode 1956-1957 disahkan, begitu juga dengan laporan keuangan dan pembentukan Panitia Verifikasi. Selain itu, diputuskan juga bahwa Muktamar ke IV akan diselenggarakan di Jawa Tengah pada tahun 1958 dan Majalah Suara Farmasi akan dipindahkan dari Jakarta ke Bandung di bawah kepemimpinan DR. Poey Seng Bouw. Kepengurusan baru yang terbentuk meliputi: Drs. Zakaria Raib (Ketua), Drs. Soemartojo (Wakil Ketua), Drs. Agus Garmana (Penulis), Drs. Liem Oey Jam Djien (Bendahara), Drs. M Kamal (anggota), Drs. Liem Tjae Ho

MUKTAMAR IV.

Pada tahun 1958, Muktamar ke IV IKA diadakan di Salatiga, Jawa Tengah. Namun, tidak ada catatan dokumen yang mencatat hasil keputusannya.

MUKTAMAR V.

MUKTAMAR V, acara terbesar dan paling bergengsi bagi para pemimpin dan anggota organisasi kami. Pada tanggal 19-22 Agustus 1960, Muktamar V IKA dan Lustrum I IKA diselenggarakan di Cipayung. Selama acara tersebut, ditetapkan Program Kerja untuk meningkatkan Organisasi, Pendidikan, Produksi dan Distribusi Obat, Undang Undang Farmasi, Farmakope Indonesia, dan penyebaran tenaga apoteker. Satu hal yang merupakan prestasi besar dari Muktamar ini adalah pemilihan pengurus baru: Drs. Zakaria Raib sebagai Ketua, Drs. E. Looho sebagai Wakil Ketua, Drs. Purnomo Singgih sebagai Penulis, Drs Tjoa Kian Kie sebagai Bendahara, serta anggota-anggota seperti Drs. Liem Tjae Ho, Dra. Sri Sugati Sjamsuhidajat , Drs. Goei Tjong Tik , dan Drs. Surastomo Hadisumarno . Lokasi untuk pelaksanaan Muktamar VI juga ditetapkan : Jawa Timur.

MUKTAMAR VI.

Muktamar VI diadakan di Murnayati – Lawang (Jawa Timur) pada tanggal 31 Agustus hingga 4 September 1961. Pada acara ini, dipilih Pengurus Besar yang baru terdiri dari Drs. Zakaria Raib sebagai Ketua, Drs. E. Looho sebagai Wakil Ketua, Drs. Purnomo Singgih sebagai Penulis, Drs Tjoa Kian Kie sebagai Bendahara, dan Drs. Lim Tjae Ho sebagai Komisaris Umum. Selain itu, dilakukan juga pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga baru serta penentuan lokasi untuk Muktamar VII / Perayaan Windon ke I tahun 1963 di Jawa Barat.

MUKTAMAR VII.

Muktamar ke-7 ini mempunyai makna yang istimewa karena tidak lagi menggunakan nama Muktamar IKA, tetapi mengadopsi nama Kongres Nasional Sarjana Farmasi. Pada acara ini ditemukan beberapa keputusan penting, seperti: – Mengubah nama, struktur, dan karakter dari organisasi apoteker menjadi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI). – Keanggotan ISFI terdiri atas Sarjana Farmasi-Apoteker dan Sarjana Farmasi bukan Apoteker. – Membentuk Korps Sarjana Farmasi berdasarkan bidangnya masing-masing: Korps Produksi Sarjana Farmasi, Korps Distribusi Sarjana Farmasi, Korps Rumah Sakit Sarjana Farmasi, Korps ABRI (TNI) Sarjana Farmasi, dan lain-lain. Muktamar ke-7 ini juga telah memilih Drs. Purnomo Singgih sebagai Ketua Umum ISFI. Namun beberapa bulan kemudian, ada pergantian pengurus dimana Drs. Heman diangkat Kongres Nasional ke VIII di Jakarta sangat penting karena menandai awal dari era kepemimpinan orde baru. Banyak keputusan dan rekomendasi dibuat, termasuk pemilihan Drs. Soekaryo sebagai Ketua Umum. Sejak saat itu, Drs. Soekaryo dipilih berkali-kali sebagai Ketua Umum BPP ISFI di beberapa kongres. Hingga saat ini, beliau masih memegang posisi tersebut. (dikutip oleh Ahmad Subagiyo dari buku Profil Sarjana Farmasi Indonesia 1981) Pada tanggal 07-09 Desember 2009, diadakan Kongres XVIII Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) di Jakarta. Saat itu, nama organisasi tersebut berubah dari Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) menjadi yang sekarang kita kenal sebagai Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

togel hk | togel | togel sgp | keluaran hk | | data sgp | keluaran hk | pengeluaran jakarta | sbobet88 | toto macau | data sgp | data hk | keluaran hk | slot qris | togel hari ini | togel macau | data hk | slot gacor